Rabu, 24 November 2010

ramayana


Prabu Dasarata dari Ayodhya

Wiracarita Ramayana menceritakan Prabu Dasarata yang memilik tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, Sumitra. Dari Dewi Kosalya, lahirlah sang Rama. Dari Dewi Kekayi, lahirlah sang Bharata. Dari Dewi Sumitra lahirlah putera kembar, bernama
Lakshmana dan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata.

Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta bantuan Rama untuk melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para raksasa. Setelah berunding dengan Prabu Dasarata, Rsi Wiswamitra dan Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Lakshmana. Selama perjalanannya, Rama dan Lakshmana diberi ilmu kerohanian dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para raksasa yang mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati Mithila, Rama mengikuti sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sinta, puteri Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sinta, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.

Prabu Dasarata yang sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan Dewi Kekayi, Prabu Dasarata dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata. Sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan bersama isterinya dan Lakshmana. Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Rama.




Rama Hidup di Hutan

Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu dengan berbagai raksasa termasuk Supranaka. Karena Supranaka bernapsu dengan Rama dan Laskhmana, hidungnya terluka oleh pedang Laskhmana. Supranaka mengadu kepada Rahwana bahwa ia dianiaya. Rahwana menjadi marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama dan Lakshmana. Kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik Sinta, isteri Rama. Dalam usaha penculikannya Jatayu berusaha menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur.

Rama yang mengetahui isterinya diculik mencari Rahwana ke Kerajaan Alengka atas petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, raja Kiskindha. Atas bantuan Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu Hanoman dan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan dan menggempur Alengka.

Rama Menggempur Rahwana

Rahwana yang mengetahui kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya, Indrajid untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana, adiknya diabaikan dan ia justru diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajid melepas senjata nagapasa dan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Indrajid gugur di tangan Lakhsmana.
Saat Kerajaan Alengka diserbu oleh Rama dan sekutunya, Rahwana memerintahkan pasukannya untuk membangunkan Kumbakarna yang sedang tertidur. Utusan Rahwana membangunkan Kumbakarna dengan menggiring gajah agar menginjak-injak badannya serta menusuk badannya dengan tombak, kemudian saat mata Kumbakarna mulai terbuka, utusannya segera mendekatkan makanan ke hidung Kumbakarna. Setelah menyantap makanan yang dihidangkan, Kumbakarna benar-benar terbangun dari tidurnya. Setelah bangun, Kumbakarna menghadap Rahwana. Ia mencoba menasihati Rahwana agar mengembalikan Sinta dan menjelaskan bahwa tindakan yang dilakukan kakaknya itu adalah salah. Kumbakarna sering memberikan nasihat kepada Rahwana, menyadarkan bahwa tindakanya keliru. Ketika Rahwana kewalahan menghadapi Rama, maka ia menyuruh Kumbakarna menghadapinya.
Kumbakarna sebenarnya tahu bahwa kakaknya salah, tetapi demi membela Alengka tanah tumpah darahnya dia pun maju sebagai prajurit melawan serbuan Rama. Kumbakarna sering dilambangkan sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena ia membela Alengka untuk segala kaumnya, bukan untuk Rahwana saja, dan ia berperang melawan Rama tanpa rasa permusuhan, hanya semata-mata menjalankan kewajiban. Rahwana sedih mendengar nasihat tersebut sehingga membuat Kumbakarna tersentuh. Tanpa sikap bermusuhan dengan Rama, Kumbakarna maju ke medan perang untuk menunaikan kewajiban sebagai pembela negara. Sebelum bertarung Kumbakarna berbincang-bincang dengan Wibisana, adiknya, setelah itu ia berperang dengan pasukan wanara.
Dalam peperangan, Kumbakarna banyak membunuh pasukan wanara dan banyak melukai prajurit pilihan seperti Anggada, Sugriwa, Hanoman, Nila, dan lain-lain. Dengan panah saktinya, Rama memutuskan kedua tangan Kumbakarna. Namun dengan kakinya, Kumbakarna masih bisa menginjak-injak pasukan wanara. Kemudian Rama memotong kedua kaki Kumbakarna dengan panahnya. Tanpa tangan dan kaki, Kumbakarna mengguling-gulingkan badannya dan melindas pasukan wanara. Melihat keperkasaan Kumbakarna, Rama merasa terkesan dan kagum. Namun ia tidak ingin Kumbakarna tersiksa terlalu lama.
Akhirnya Rama melepaskan panahnya yang terakhir. Panah tersebut memisahkan kepala Kumbakarna dari badannya dan membawanya terbang, lalu jatuh di pusat kota Alengka. Setelah sekutu dan para patihnya gugur satu per satu, Rahwana tampil ke muka dan pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmastra yang sakti, Rahwana gugur sebagai ksatria. Setelah Rahwana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sinta kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sinta, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanoman menyerahkan dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dengan takzimdan menyerahkan tahta kepada Rama.